PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM
MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
MELALUI WORKSHOP
DI............
TAHUN .........
Oleh
....................................
NIP. ................
DINAS PENDIDIKAN ...........................
LEMBAR PENGESAHAN
|
Judul
Penelitian
|
Peningkatan Kinerja Guru Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal Melalui Workshop Di…………..
|
........................... Peneliti,
.................................... ..............................................
NIP.
................. NIP.
................
Mengetahui
............................................
NIP. ……………….
ABSTRAK
PENINGKATAN KINERJA GURU
DALAM MENETAPKAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
MELALUI WORKSHOP DI................
Oleh :
.................................
Dari analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatan
kesiapan dan Kinerja guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal dari
siklus I ke siklus II. Ketercapaian indikator kinerja terdapat pada tindakan II.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
melalui workshop dapat meningkatkan Kinerja guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal di.......... Dengan demikian dapat
disarankan kepada pengawas atau peneliti yang lain bahwa kegiatan workshop
dapat dipakai sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan Kinerja
guru dalam menetapkan kriteria
ketuntasan minimal.
Kata kunci : Peningkatan guru, menetapkan, KKM.
KATA PENGATAR
Berkat kerja keras dan bantuan beberapa
pihak, maka penelitian tindakan kepengawasan ini dapat terwujud walaupun belum
sempurna sekali. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Koordinator
Pengawas ...... Dinas Pendidikan ........... atas dukungan dan motifasinya.
2 Kepala ...................... yang telah
banyak memfasilitasi dalam kegiatan workshop sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitiannya.
Untuk
semua itu penulis doakan semoga Tuhan Yang Maha Esa memeberikan imbalan yang
setinggi-tingginya dan melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Mudah-mudahan penelitian
ini bermanfaat bagi kita semua.
.......................................
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
KATA PENGATAR.............................................................................................. iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya.................................................. 2
C. Hipotesis Tindakan................................................................................ 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 3
BAB II KAJIAN
PUSTAKA
A.Kajian
Teori............................................................................................ 5
1. Kriteria Ketuntasan Minimal.............................................................. 5
2. Mutu Pendidikan dan Profesi Guru.................................................. 13
3. Tinjauan Tentang Workshop............................................................. 14
B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan............................................... 16
C. Kerangka Berpikir................................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN
A. Desain Penelitian Tindakan................................................................. 18
B. Subjek dan Objek Penelitian................................................................ 19
C. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 19
D. Prosedur Penelitian.............................................................................. 19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 25
1. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................. 25
2.
Deskripsi Siklus I............................................................................ 25
3.
Deskripsi Siklus II.......................................................................... 31
B. Pembahasan......................................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN – SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................... 37
B. Saran – saran........................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penetapan
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) merupakan tahapan awal pelaksanaan
penilaian hasil belajar sebagai bagian
dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian,
mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu
prinsip dan langkah-langkah penetapan.
Kenyataan dilapangan guru dalam menetapkan
KKM tidak berdasarkan analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta
langkah-langkah penetapan, oleh karena itu perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran yang dapat memberikan
informasi kepada guru yang dijadikan
pedoman dalam penetapan KKM.
B.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya.
1. Rumusan Masalah
- Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ?
- Apakah melalui Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ..........tahun ...........
2.
Pemecahan Masalah
- Berdasarkan kajian awal diduga tindakan yang berupa Workshop untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal dapat menyelesaikan masalah.
- Tindakan yang dilakukan melalui dua siklus, siklus I terdiri dari : Perencanaan, Pelaksanaan, observasi, dan repleksi. Berdasarkan hasil refleksi siklus I disiapkan siklus II .
C.
Hipotesis Tindakan
Dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, dan pemecahan masalah yang telah dipaparkan di atas maka hipotesis
tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut ” Workshop dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menetapakan Kriteria Ketuntasan Minimal .......... tahun ..........
”.
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
peningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ..........tahun ...........
2.
Manfaat Penelitian
a. Melalui Workshop dapat memberikan
pengalaman belajar bagi guru, karena melalui Workshop guru diberikan materi dan
latihan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) sesuai dengan mata
pelajarannya.
b. Guru .......... memiliki kemampuan dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal sehingga proses belajar mengajar lebih
baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dari Departemen Pendidikan Nasional,
dijelaskan : Pengertian, Fungsi, dan Mekanisme Penetapan KKM yang isinya
sebagai berikut :
a. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (
KKM )
Salah satu prinsip penilaian pada
kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu
dalam menentukan kelulusan peserta
didik. Kriteria paling rendah untuk
menyatakan peserta didik mencapai
ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampui batas ketuntasan
minimal, tidak mengubah keputusan
pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan
Kriteria tidak diubah secara serta merta
karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan
untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil
rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal
untuk mendapatkan sejumlah peserta didik
yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi
kurva. Acuan Kriteria
mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil
penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau
layanan pengayaan bagi yang sudah melampui Kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria Ketuntasan Minimal ditetapkan
oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di
satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki barakteristik
yang hampir sama. Pertimbangan pendidik
atau forum MGMP secara akademis menjadi
pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria Ketuntasan menunjukkan persentase
tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100
(seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target
ketuntasan secara nasional diharapkan
mencapai minimal 75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target
nasional kemudian ditingkatkan secara
bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan
bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah
oleh peserta didik dan atau orang
tuanya. Kriteria Ketuntasan Minimal harus
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar ( LHB ) sebagai acuan dalam
menyikapi hasil belajar peserta didik.
b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
1). Sebagai acuan
bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar
mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui
ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan
respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian
layanan remidial atau layanan pengayaan;
2). Sebagai acuan
bagi peserta didik dalam menyiapkan diri
mengikuti penilaian mata pelajaran.
Setiap kompetensi dasar ( KD ) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai
dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti
penilaian agar mencapai nilai melebihi
KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu
perbaikan.
3) Dapat digunakan sebagai bagian dari
komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan
hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh
karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis
untuk mendapatkan informasi tentang peta
KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun
pemenuhan sarana-prasarana belajar di sekolah;
4). Merupakan
kontrak pedagodik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama
antara pendidik, peserta didik, pimpinan
satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan
proses pembelajaran dan penilaian.
Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta
mengerjakan tugas-tugas yang telah
didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan membrikan motivasi
dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan
pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah;
5). Merupakan
target satuan pendidikan dalam
pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya
semaksimal mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian
KKM merupakan salah satu tolok ukur
kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan
KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok
ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.
c. Mekanisme
Penetapan KKM.
1). Prinsip Penetapan KKM
Penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut :
(1). Penetapan KKM merupakan kegiatan
pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau
kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui Profesional judgement, mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode
kuantitatif dilakukan dengan rentang
angka yang disepakati sesuai dengan penetapan
kriteria yang ditentukan;
(2). Penetapan nilai kriteria ketuntasan
minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap
indikator dengan memperhatikan
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompeteni dasar dan standar kompetensi;
(3). Kriteria ketuntasan minimal setiap
Kompetensi Dasar ( KD ) merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam
Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik
dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada
KD tersebut;
(4). Kriteria ketuntasan minimal setiap
Standar Kompetensi ( SK ) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar ( KD ) yang
terdapat dalam SK tersebut;
(5). Kriteria Ketuntasan Minimal mata
pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu
semester atau satu tahun pembelajaran,
dan dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar ( LHB /Rapor ) peserta didik;
(6). Indikator merupakan acuan / rujukan
bagi pendidik untuk membuat soal-soal
ulangan, baik Ulangan Harian ( UH ), Ulangan Tengah Semester ( ULS )
maupun Ulangan Akhir Semester ( UAS ). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan/menampilkan
pencapaian indikator yang diujikan.
Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya
memiliki hasil yang setara;
(7). Pada setiap indikator atau
kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
2). Langkah-langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau
kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetepan KKM adalah sebagai berikut :
(1). Guru atau kelompok guru
menetapkan KKM mata Pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria,
yaitu komleksitas, daya dukung, dan intake
peserta didik dengan skema sebagai berikut :
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut
pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran :
(2). Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan
oleh Kepala Sekolah untuk dijadikan
patokan guru dalam melakukan penilaian;
(3). KKM
yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
(4). KKM dicantumkan dalam LHB pada saat
hasil penilaian dilaporkan kepada orang
tua / wali peserta didik.
3). Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal (
KKM )
KKM
pada setiap indikator pada KD, SK dari mata pelajaran ditetapkan melalui
analisis Komleksitas, Daya Dukung, dan Intake.
(1). Kompleksitas ( S )
S1 :
tergolong ranah kognitif tinggi,
S2 :
konsep abstrak bagi siswa,
S3 :
kurangnya contoh yang ditemukan siswa,
S4 :
mengandung banyak istilah asing,
S5 :
kurang didukung sarana,
S6 :
bahan sajian sulit dipahami
Untuk komleksitas dibagi
menjadi 3 tingkat, yaitu :
-Tinggi, jika 5 – 6 indikator diatas ia, maka poin 1,
-Sedang, jika 4 indikator ia,
maka poin 2,
-Rendah, jika 0 – 3 indikator
ia, maka poin 3
(2). Daya dukung ( D )
D1 : Sarana
Prasarana,
D2 :
Ketersediaan tenaga,
D3 :
Kepdulian Stake Holders
D4 :
Biaya Operasional Pendidikan,
D5 :
Manajemen Sekolah,
Daya dukung dibagi menjadi
tiga tingkat yaitu :
- Tinggi,
jika 5 indikator diatas ia, maka poin 3,
- Sedang,
jika 4 indikator diatas ia, maka poin 2,
- Rendah
jika 0 – 3 indikator ia, maka poin 1
(3) .Intake
Rata-rata nilai asal siswa
Untuk intake dibagi menjadi tiga tingkat,
yaitu :
- Tinggi,
jika rata-rata 80 – 100, maka poin 3
- Sedang,
jika rata-rata 60 – 79, maka poin 2
- Rendah,
jika rata-rata 59 kebawah, maka poin 1
KKM indikator pada KD, SK dalam mata
pelajaran adalah jumlah poin yang didapat dibagi sembilan kali seratus.
JML
POIN DIDAPT
KKM = -------------------------
X
100 = . . .
( bulat )
9
2 Mutu Pendidikan dan Profesi Guru
Profesi
guru yang sebenarnya sangat berkaitan
erat dengan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan karena banyak
faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan seperti guru, sarana
prasarana, kurikulum, dan proses belajar mengajar serta sistem penilaian. Meskipun demikian,
faktor guru tidak dapat disamakan dengan faktor-faktor lainnya.
Guru adalah sumber daya manusia yang
diharapkan mampu mengarahkan dan
mendayagunakan faktor-faktor lainnya
sehingga tecipta proses belajar mengajar
yang bermutu. Tanpa mengabaikan peran
faktor-faktor lain, guru dapat dianggap sebagai faktor tunggal yang paling
menentukan terhadap meningkatnya mutu
pendidikan.
Berdasarkan hasil studi.balitbang pada tahun 1992, ditemukan bahwa guru yang bermutu memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap mutu pendidikan.
Dalam studi ini, guru yang bermutu diukur
dengan empat faktor utama, yaitu kemampuan profesional , upaya profesional,
kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk
kegiatan profesional, dan kesesuaian antara
keahlian dengan pekerjaannya. Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Kemampuan profesional guru terdiri dari
kemampuan entelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekerja.
b. Upaya profesional guru adalah mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mengajar yang nyata. Upaya profesional guru
tersebut ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun dalam menambah serta meremajakan pengetahuan dan kemampuannya menguasai
keahlian mengajarnya baik keahlian dalam menguasai materi pelajaran, penggunaan
bahan-bahan pengajaran, maupun mengelola kegiatan belajar siswa.
c. Waktu yang dicurahkan untuk
kegiatanprofesional ( teacher’s time )
menunjukkan intensitas waktu yang digunakan oleh seorang guru untuk
melaksanakan tugas-tugas guru, karena konsepsi waktu belajar ( time on task ) yang diukur dalam
belajar siswa secara perorangan, telah
ditemukan sebagai salah satu prediktor terbaik dari mutu hasil belajar
siswa.
d. Kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya mempunyai asumsi bahwa guru yang dipersiapkan untuk mengajar suatu mata
pelajaran dianggap bermutu jika guru
tersebut mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut, maka kesesuaian guru mengajar
dengan mata pelajaran yang dialaminya di LPTK merupakan persyaratan yang mutlak
untuk menilai mutu profesional seorang guru.
3. Tinjauan Tentang Workshop
Pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek
tersebut seperti belajar di dalam
sekolah, luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu
bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop.Workshop
adalah suatu pertemuan ilmiah dalam
bidang sejenis ( pendidikan ) untuk
menghasilkan karya nyata ( Badudu, 1988
: 403 ). Lebih lanjut, Harbinson ( 1973 : 52 ) mengemukakan bahwa pendidikan
dan pelatihan secara umum diartikan
sebagai proses pemerolehan keterampilan
dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang
sifatnya lebih heterogen dan kurang
terbakukan dan tidak berkaitan dengan
lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.
Dalam banyak bidang pelatihan ( Workshop ), hal tersebut memang sangat
sulit untuk tidak mengatakannya mustahil ( dilakukan validasi dan evaluasi ). Bidang yang dimaksud misalnya
manajemen atau pelatihan hubungan
manusia sifatnya. Dalam hal ini, semua bentuk pelatihan (
Workshop ) tidak dapat memperlihatkan
hasil yang objektif. Pelatihan
umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar dalam mengajar,
yaitu masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik dan penatar belajar pelajaran
tersebut sesuai dengan ukuran penatarnya
maka efektifitas pelatihan sudah dianggap
valid. Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena jika si penatar selalu menjawab enam untuk soal
tiga kali maka ia selalu benar.
Pelatihan merupakan proses perbantuan ( facilitating ) guru untuk mendapatkan
keefektifan dalam tugas-tugas mereka
sekarang dan masa yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan
berpikir, bertindak, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai ( Dahana
and Bhatnagar, 1980 : 672 ). Pelatihan pada dasarnya berkenaan dengan
persiapan pesertanya menuju arah tindakan
tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta
sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan berkenaan dengan
membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup kariernya.
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian
yang berkaitan dengan pelaksanaan
Workshop sebagai salah satu kegiatan
yang dapat meningkatkan kemampuan guru yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti : Sudhiana ( 2007 )
meneliti tentang upaya meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP di .......... melalui kegiatan Workshop. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan aktivitas peserta
dalam kegiatan Workshop di ........... Di samping itu juga, terjadi peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun RPP
melalui pembinaan berupa Workshop di .......... dari siklus I ke siklus II dan
mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 80%, artinya
80% guru telah efektif dalam menyusun RPP pada masing-masing aspek.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui Workshop dapat meningkatkan
kompetensi guru dalam menyusun RPP di .......... ..........
.
Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan
peningkatan kemampuan guru dalam membuat
alat evaluasi, yakni peningkatan banyak guru yang mampu membuat pre tes 3
butir, postes 6 butir, ulangan harian sebanyak 20 dan tes blok 40 butir dari
siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan
Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar
pada guru ...........
C. Kerangka Berpikir
Dalam kaitannya dengan pembinaan kemampuan
guru melalui Workshop, maka Amstrong ( 1990 : 209 ) bahwa tujuan Workshop adalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang diperlukan dalam
pekerjaan mereka dengan cepat dan
ekonomis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada sehingga prestasi mereka pada tugas yang sekarang ditingkatkan
dan mereka dipersiapkan untuk menerima
tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang. Siswanto ( 1989 : 139
) mengatakan Workshop bertujuan untuk
memperoleh nilai tambah seseorang yang bersangkutan, terutama yang berhubungan
dengan meningkatnya dan berkembangnya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan. Workshop dimaksud untuk mempertinggi kemampuan dengan mengembangkan cara-cara berpikir dan
bertindak yang tepat serta pengetahuan
tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam melaksanakan evaluasi diri
( As’ad, 1987 : 64 ).
Dari
paparan di atas, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal melalui kegiatan Workshop yang lebih menekankan pada
metode kolaboratif konsultatif akan memberikan kesempatan sharing antara satu guru
dengan guru lain. Dengan demikian pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal dapat ditingkatkan baik dalam
teoritisnya maupun implementasinya. Dengan demikian dapat diduga bahwa melalui
Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal.
BAB
III
METODE PENLITIAN TINDAKAN
A.
Desain Penelitian Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan ( action research ) yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui Workshop di ........... Tindakan
yang akan dilakukan adalah Workshop Peningkatan
Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah jenis emansipatori. Jenis
emansipatori ini dianggap paling tepat karena penelitian ini dilakukan untuk
mengatasi permasalah pada wilayah kerja penliti sendiri berdasarkan pengalaman
sehari-hari. Dengan kata lain, berdasarkan hasil observasi, repleksi diri, guru
bersedia melakukan perubahan sehingga kinerjanya sebagai pendidik akan mengalami
perubahan secara meningkat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan model Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni : perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan repleksi ( Wardhani, 2007 : 45 ). Model ini dipilih
karena dalam mengajarkan menulis naskah pidato diawali dengan perencanaan,
pelaksanaan, abservasi dan repleksi.Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua
siklus, dan langkah-langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan repleksi.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah
guru-guru .......... yang berjumlah 44 orang, yang terdiri atas 23 orang guru tetap , dan 21 orang guru tidak tetap. Sedangkan yang
menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal.
C.
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada guru ...........
Pemilihan lokasi penelitian,
karena sekolah tersebut merupakan sekolah binaan peneliti. Disamping
itu, dari hasil supervisi ditemukan kelemahan guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan
Juli samapai dengan September ..........,
mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan.
D.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus
masing-masing siklus terdiri atas : Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
repleksi. Secara rinci prosedur penelitian
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
Siklus I
1.
Perencanaan
Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan guru melalui undangan Kepala
Sekolah.
b. Menyusun Instrumen.
c. Menyusun jadwal Workshop : hari, tanggal,
jam, dan tempat.
d. Menyiapkan materi Workshop.
e. Menyuruh guru membawa bahan-bahan seperti
: Kurikulum, Silabus, RPP, dan
sebagainya.
f. Menyiapkan konsumsi untuk Workshop.
g. Menyuruh membawa Laptop ( minimal 4
buah dan 1 LCD ).
2.
Pelaksanaan
a. Hari pertama
-
Pengarahan
Kepala Sekolah.
-
Pemaparan
Kriteria Ketuntasan Minimal
b. Hari kedua
-
Menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal masing-masing mata pelajaran
-
Tanya
jawab
-
Presentasi
kelompok kecil
-
Revisi
c. Hari ketiga adalah presentasi visual
Kriteria Ketiuntasan Minimal.
3.
Observasi
a. Kesiapan mental dan fisik guru.
b. Kesiapan
bahan-bahan yang dibawa guru pada saat Workshop.
c. Kehadiran guru.
d. Kesiapan Laptop.
e. Hasil sementara
-
Proses
pelaksanaan Workshop.
-
Kwalitas
KKM.
-
Respon
guru.
Untuk melaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan dan hasil pemberian tindakan, menggunakan pedoman observasi sebagai
berikut :
a. Format Pedoman Observasi Proses Pelaksanaan
Workshop.
N a m a
|
Aspek Yang Diamati
|
|||||||
Kesiapan mental dan fisik guru
|
Kesiapan bahan
|
Kehadiran guru
|
Kesiapan Laptop
|
|||||
S
|
TS
|
S
|
TS
|
H
|
TH
|
S
|
TS
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan : S
= Siap
TS =
Tidak Siap
H =
Hadir
TH =
Tidak Hadir
b. Format Pedoman Penilaian Penetapan KKM
No.
|
A s p e k
|
Rentang Nilai
|
Perolehan Nilai
|
Ket.
|
1
2
3
4
5
|
Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan tiga aspek : kompleksitas,
daya dukung, dan intake.
KKM dibuat per-indikator, kemudian KD, SK, dan
terakhir mata pelajaran.
Hasil penetapan KKM oleh guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah.
KKM yang ditetapkan dososialisasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu
peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan.
KKM dicantumkan dalam L H B.
|
|
|
|
Keterangan
: Amat Baik =
85 < A £ 100
B
a i k = 70 < B £ 85
C u k u p = 56 £ C
£ 70
Kurang = < 56
4.
Refleksi
Untuk menentukan keberhasilan
suatu tindakan digunakan norma / kriteria sebagai berikut :
a. Analisis kompleksitas, daya dukung, dan
intake per indikator.
b. Penetapan KKM indikator yang terdapat pada KD.
c. Penetapan KKM KD, rata-rata dari indikator
yang terdapat pada KD.
d. Penetapan KKM SK rata-rata dari KD yang
terdapat pada SK.
e. Penetapan KKM mata pelajaran rata-rata
dari SK yang terdapat pada mata pelajaran.
f. Penetapan KKM oleh guru, disahkan oleh
Kepala Sekolah.
g. KKM disosialisasikan kepada peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan.
h. KKM dicantumkan dalam LHB.
Indikator Keberhasilan :
a. Proses pelaksanaan Workshop, guru minimal
:
- Siap secara mental dan fisik =
85 %
- Kesiapan bahan =
85 %
- Kehadiran = 90 %
- Kesiapan Laptop = 60 %
b. Hasil Pelaksanaan Workshop.
- 85 % guru menetapkan KKM sesuai
dengan kriteria diatas.
- 85 % guru memperoleh nilai baik
dan amat baik.
Apabila kurang dari 85 % guru tidak
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, berarti tindakan
dianggap belum berhasil. Oleh
karena itu perlu dilakukan perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.
Sikulus II
Pada dasarnya siklus II memiliki prosedur yang sama dengan siklus I, hanya
saja diadakan perbaikan pada
hal-hal yang dilihat ada kelemahan
serta memperhatikan hal-hal yang sudah
berjalan dengan baik. Tidak menutup
kemungkinan juga dilakukan modifikasi
terhadap hal-hal sudah baik supaya tindakan yang diberikan tidak membosankan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran hasil yang didapat berdasarkan
rekaman fakta / observasi dilapangan,
para guru ............... pada awalnya pemahaman terhadap Kriteria
Ketuntasan Minimal masih Sangat kurang, hal
ini dikarenakan persepsi guru menganggap
bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal tidak
terlalu penting, disamping itu acuan ,
pelatihan, atau sosialisasi KKM
juga kurang.
Dari 36 orang guru yang dapat dihubungi dan
diobservasi diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Menetapkan KKM dengan analisis dan
memenuhi mekanisme penetapan 0 orang ( 0 % ).
b. Menetapkan KKM dengan analisis dan
memenuhi mekanisme, tetapi tidak disahkan oleh Kepala Sekolah, dan pernah
pelatihan KKM 2 orang ( 6 % )
c. Menetapkan KKM tanpa analisis tetapi
pernah pelatihan 1 orang (3 % )
d. Menetapkan KKM tanpa analisis, karena belum pernah pelatihan 33 orang ( 91 % )
Dengan kondisi awal seperti ini perlu
adanya tindakan nyata yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
berupa Workshop.
2.
Deskripsi siklus I ( Pertama )
a. Perencanaan terdiri atas :
1. Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah .......... dan para Wakil Kepala Sekolah
untuk menyampaikan penelitian dan minta masukan tentang masalah yang ada
sekaligus membicarakan masalah teknis, waktu pelaksanaan penelitian, dan hal-hal yang terkait dengan penelitian dan
atau Workshop yang dilaksanakan.
2. Bersama Kepala Sekolah memberikan materi Kriteria Ketuntasan Minimal.
3. Mengelompokkan guru berdasarkan mata
pelajaran.
4. Menelaah konsep Kriteria Ketuntasan Minimal
5. Mendiskusikan konsep Kriteria Ketuntasan Minimal dan
presentasi kelompok.
6. Presentasi Kelas.
7. Menghasilkan KKM ...........
Disamping perencanaan umum,
ada juga perencanaan teknis pelaksanaan kegiatan seperti :
1). Mengumpulkan guru melalui undangan Kepala
Sekolah
2). Menyusun Jawdal Workshop : hari, tanggal,
jam, dan tempat
3). Menyiapkan
materi Workshop.
4). Menyuruh guru
membawa bahan-bahan seperti : kurikulum, silabus, RPP, dan sebagainya.
5). Mengelompokkan guru IPA, IPS, Bahasa, dan yang lain.
6). Menyiapkan konsumsi untuk Workshop.
7). Menyuruh guru membawa Laptop (minimal ada 4
laptop dan 1 LCD).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan
berbagai langkah yakni :
1. Absensi peserta
2. Pengarahan Kepala sekolah
3. Pengarahan umum pada seluruh peserta
4. Peserta dikelompokkan
5. Mengkaji :
standar kompetensi ( SK ), Kompetensi Dasar ( KD ) dan Indikator yang ada pada silabus
6. Guru membuat analisis per indikator
7. Presentasi visual Kriteria Ketuntasan
Minimal
c. Hasil observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan, yaitu menitik beratkan pada
kompotensi guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal sebagai akibat
diterapkan Workshop. Tujuan dilaksanakan
pengamatan adalah untuk mengetahui
kegiatan mana patut
dipertahankan, diperbaiki, atau dihilangkan sehingga kegiatan pembinaan melalui Workshop benar-benar berjalan sesuai dengan tujuan yang ada
dan mampu meningkatkan kemampuan peserta
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Kegiatan peserta juga diobservasi, mengenai : kesiapan mental dan fisik guru, kesiapan bahan-bahan yang dibawa
guru pada waktu Workshop, kehadiran
guru, kesiapan laptop, kualitas KKM, dan respon guru.
Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas
peserta yang berjumlah 44 orang dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan,
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Rangkuman hasil observasi
tentang kesiapan guru dalam mengikuti Workshop pada sikuls I.
|
Aspek
Yang Diamati
|
|||||||
Kesiapan
mental dan fisik guru
|
Kesiapan
bahan
|
Kehadiran
guru
|
Kesiapan
Laptop
|
|||||
S
|
TS
|
S
|
TS
|
H
|
TH
|
S
|
TS
|
|
36
|
8
|
20
|
24
|
39
|
5
|
8
|
36
|
|
Prosestase (%)
|
81,81
|
18,18
|
45,45
|
54,54
|
88,63
|
11,36
|
18,18
|
81,81
|
Pencapaian
indikator keberhasilan
|
Belum
tercapai
|
Belum
tercapai
|
Sudah
tercapai
|
Belum
tercapai
|
Dari
tabel 4.1. diatas , tampak bahwa : pada aspek kasiapan mental dan fisik; 36
orang atau 81,81 % peserta siap dan 8
orang atau 18,18 % tergolong belum siap. Pada aspek kesiapan bahan; tampak 20
orang atau 45,45 % peserta siap dan 24 orang atau 54,54 % belum siap. Pada
aspek kehadiran guru tampak 39 atau
88,63 % hadir dan 5 orang atau 11,36 tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop
tampak 8 orang atau 18,18 % siap dan 36 orang atau 81,81 % belum siap.
Berdasarkan
dekripsi ini tempaknya kesiapan guru dalam mengikuti Workshop belum memenuhi kriteria keberhasilan untuk
semua aspek.
Dari
hasil evaluasi terhadap penetapan KKM yang dibuat oleh 39 orang yang mengikuti
Workshop pada siklus I seperti tampak
pada tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Penilaian Guru terhadap
langkah-langkah Penetapan KKM pada
siklus I.
No.
|
A
s p e k
|
Jumlah
Nilai
|
Rata-rata
Nilai
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan tiga
aspek; kompleksitas, daya dukung, dan intake
KKM dibuat per
indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran
Hasil
penetepan KKM oleh guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah
KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan
KKM dicantumkan dalam LHB
|
3.300
2.350
3.300
3.900
3.900
|
84,62
60,26
84,62
100
100
|
84,62
60,26
84,62
100
100
|
|
Jumlah
|
16.750
|
|
|
|
Rata - rata
|
83.75
|
|
|
Keterangan : Amat
Baik = 85 < A £ 100
B
a i k = 70 < B £ 85
C u k u p = 56 < C
£ 70
Kurang = £ 56
Dari tabel 4.2. diatas pada aspek
Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake
dalam katagori baik, pada aspek KKM
dibuat per indikator, kemudian KD, SK, dan terakhir mata pelajaran dalam
katagori cukup, aspek pengesahan oleh Kepala Sekolah berada pada kagori baik,
kemudian untuk aspek no. 4 dan 5 bagaimanapun caranya guru mendapatkan KKM
pasti disosialisasikan pada siswa, orang
tua, dan ditulis dalam LHB.
Berdasarkan dekripsi pada tabel 4.1. dan
4.2. tampaknya kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal ..........belum
memenuhi indikator kinerja yang telah
ditetapkan pada semua aspek ( kecuali
aspek 4 dan 5 diatas tadi ).
d. Refleksi
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
kemampuan guru dalam menetapkan KKM pada
siklus I belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Setelah diadakan refleksi
terhadap hasil yang diperoleh,
diputuskan untuk memperbaiki dari segi kegiatan Workshop terutama
memperjelas tentang aspek-aspek yang belum sesuai dengan indikator kinerja yang
telah ditetapkan. Dari hasil tersebut
tampak secara umum guru membuat KKM per KD, dan tidak per indikator, dan dari
39 orang ikut Workshop, 6 orang tidak bisa menyerahkan hasil yang mungkin
karena kesiapan fisik, mental, bahan,
dan laptop memang kurang.
Dari masalah tersebut, diputuskan untuk
memperbaiki beberapa langkah dalam siklus I, yakni memfokuskan pada penetapan
KKM per indikator, yang belum menyerahkan hasil, dan peningkatan sarana / bahan
diadakan pada siklus II.
3.
Deskripsi Hasil Siklus II ( kedua )
Pada siklus II, langkah-langkah yang
diambil sesuai dengan refleksi hasil siklus I, dengan memfokuskan pada penjelasan aspek-aspek
yang belum dipahami guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal,
lebih menitik beratkan pada aspek
pembimbingan secara individu. Dari 44 orang guru semua dilibatkan dalam siklus
II untuk memperdalam pengetahuan tentang penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Setelah siklus II
dijelaskan yang mengacu pada refleksi
dan pemecahan masalah pada siklus I diperoleh data seperti tampak pada
tabel 4.3. berikut.
Tabel 4.3.
Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kesiapan Guru dalam mengikuti Workshop
pada siklus II.
|
Aspek Yang Diamati
|
|||||||
Kesiapan mental dan
fisik guru
|
Kesiapan Bahan
|
Kehadiran Guru
|
Kesiapan Laptop
|
|||||
S
|
TS
|
S
|
TS
|
H
|
TH
|
S
|
TS
|
|
Jumlah
|
39
|
5
|
39
|
5
|
40
|
4
|
28
|
16
|
Prosentase
|
88,63
|
11,37
|
88,63
|
11,37
|
90,90
|
09,09
|
63,63
|
36,37
|
Pencapaian indikator
Keberhasilan
|
Tecapai
|
Tercapai
|
Tercapai
|
Tercapai
|
Dari
tabel 4.3. diatas, tampak bahwa :
pada aspek kesiapan mental dan fisik 39
orang atau 88,63 % siap dan 5 orang atau 11,37 % tidak siap. Pada aspek
kesiapan bahan : tampak bahwa 39 orang
atau 88,63 % siap dan 5 orang atau 11,37 tidak siap. Pada kehadiran 40 orang hadir atau 90,90 % dan 4 orang atau
9,09 % tidak hadir. Pada aspek kesiapan
laptop tampak bahwa 28 orang atau 63,63 % siap dan 16 orang atau 36,37 %
tidak siap.
Berdasarkan
deskripsi ini tampaknya kesiapan guru
dalam mengikuti Workshop belum memenuhi 100 % untuk semua aspek, mungkin karena kebanyakan guru pengabdi, yang masuk jika ada jam mengajar.
Dari
hasil evaluasi terhadap penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal oleh guru yang
ikut Workshop pada siklus II diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4. berikut.
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Penilaian Guru Dalam Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
pada siklus II.
No.
|
A
s p e k
|
Jumlah
Nilai
|
Rata-rata
Nilai
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Penetapan KKM mata pelajaran memperhatikan tiga
aspek : kompleksitas, daya dukung, dan intake.
KKM dibuat per indikator, kemudian KD, SK dan
terakhir mata pelajaran
Hasil penetepan KKM oleh guru mata pelajaran
disahkan oleh Kepala Sekolah
KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu
peserta didik, orang tua, dan Dinas Pendidikan
KKM dicantumkan dalam LHB
|
4.000
2.650
4.000
4.000
4.000
|
100
66,25
100
100
100
|
100
66,25
100
100
100
|
|
Jumlah Nilai
|
18,650
|
|
|
|
Rata-rata
|
93,25
|
|
|
Dari tabel 4.4. diatas, bila dilihat
dari rata-rata secara umum dalam
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal pada siklus II berada pada amat baik (
rata-rata 93,25 ), namun ada satu aspek
yang belum bisa 100 % , bahkan berada pada Kriteria cukup yaitu pada aspek 2 (
KKM dibuat per indikator, kemudian KD,
SK, terakhir mata pelajaran ).
Untuk hal ini dapat saya jelaskan bahwa
pada .........., 21 orang guru tidak
tetap ( pengabdi ) kesulitan dalam
mengembangkan silabus, RPP, dan penetapan indikator pada KD, SK, dan mata pelajaran, sehingga akhirnya
KKM dibuat tidak per indikator. Respon
guru terhadap penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui Workshop.
Penilaian ini penting dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang respon guru terhadap kegiatan Workshop yang telah di
harapkan dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Jika kita lihat
dari nilai atau prosentase guru yang
dapat menetapkan KKM dengan memenuhi mekanisme dari kajian awal, siklus I, dan
siklus II adalah 6 %, 83,75 %, dan kemudian 93,25 % ini menunjukkan
peningkatan yang sangat berarti. Jadi
dapat dikatakan bahwa respon guru sangat
positip. Oleh karena itu, penerapannya
perlu dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada
bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas
peserta dalam kegiatan Workshop tentang
Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
bagi guru di ........... Disamping itu juga terjadi peningkatan kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal melalui Workshop di .......... dari siklus I ke siklus II
pada masing-masing aspek dengan target ketercapaian sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui Workshop dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal di ...........
Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh
pemahaman secara menyeluruh tentang Kriteria Ketuntasan Minimal Sangat
diperlukan. Dengan pemahaman yang baik, maka penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal dengan baik. Mengoptimalkan pemahaman guru terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal melalui pembina intensip dalam bentuk penyelenggaraan Workshop menunjuk
pada metode kooperatif konsultatif dimana diharapkan para guru berdiskusi,
bekerja sama dan berkonsultasi secara aktif. Aktifitas ini akan sangat membantu
mereka dalam memahami Kriteria Ketuntasan Minimal akhirnya nanti mereka mampu
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Dalam kaitannya dengan pembinaan melalui
Workshop, maka penelitian ini juga
sesuai dengan apa yang dikatakan Amstrong ( 1990 : 209 ) bahwa tujuan workshop ádalah untuk memperoleh tingkat kemampuan yang
diperlukan dalam pekerjaan mereka dengan
cepat dan ekonomis dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada sehingga
prestasi mereka pada tugas yang Sekarang ditingkatkan dan mereka dipersiapkan
untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.
Siswanto ( 1989 : 139 ) mengatakan workshop bertujuan untuk memperoleh nilai tambah
seseorang yang bersangkutan, terutama
yang berhubungan dengan meningkatnya dan berkembangnya pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang bersangkutan. Workshop
dimaksudkan untuk mempertinggi kemampuan dengan mengembangkan
cara-cara berpikir dan bertindak yang
tepat serta pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk tugas dalam melaksanakan evaluasi diri ( As’ ad, 1987 : 64 ).
Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa
peningkatan kompetensi guru melalui
kegiatan workshop yang
lebih menekankan pada metode kolaboratif konsultatif akan memberikan kesempatan
sharing antara satu guru dengan guru lain. Dengan demikian, pemahaman terhadap Kriteria
Ketuntasan Minimal dapat ditingkatkan baik dalam teoritisnya maupun dalam
implementasinya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Proses
pelaksanaan penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal melalui Workshop untuk peningkatan kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal dimulai dari supervisi awal. Supervisi awal dilakukan untuk mengenali masalah
yang ada dalam penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal. Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil supervisi kemudian
ditindak lanjuti dengan mengadakan Workshop. Workshop dilakukan dengan
menggunakan tahapan-tahapan yang lebih menekankan pengetahuan praktis sehingga
mudah dicerna oleh guru. Selanjutnya adalah memberikan latihan menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal sesuai dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan. Untuk meyakinkan guru membuat Kriteria Ketuntasan Minimal dilakukan presentasi pada masing-masing
kelompok guru mata pelajaran. Peneliti mengamati dan menilai Kriteria
Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan
guru. Dari penilaian tersebut kemudian dievaluasi bagian mana yang belum sesuai
dengan Kriteria, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan. Melalui tahapan
tersebut guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal meningkat.
2.
Terjadi
peningkatan kesiapan peserta dalam kegiatan Workshop di ........... Disamping
itu juga, terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal melalui pembinaan berupa Workshop di .......... dari siklus
I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 85 %, artinya 85 % guru telah efektif
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa melalui Workshop dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal di .......... tahun ...........
3.
Guru-guru
.......... memberikan respon yang sangat positif terhadap kegiatan penetapan
Kriteria Ketuntasan Minimal melalui Workshop. Dengan demikian kegiatanWorkshop
membrikan dampak positif terhadap kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat disarankan beberapa hal, antara lain :
1. Para guru sebaiknya menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal dengan
memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip
dan langkah-langkah penetapan.
2. Agar pembinaan melalui Workshop dapat
berjalan secara efektif, maka semua guru harus mampu bekerja sama dengan
peserta lain yang bersifat kolaboratif konsultatif.
3. Peningkatan kemampuan guru dalam penetapan
Kriteria Ketuntasan Minimal akan berjalan dengan efektif bila semua komponen
sekolah mempasilitasi kegiatan tersebut secara rutin.
4. Sebaiknya pemerintah senantiasa
mempasilitasi dalam semua kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal.
5. Membiasakan untuk mengembangkan budaya
mutu disekolah sehingga target dalam
meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai.
6. Pembinaan menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal melalui Workshop, dapat dijadikan salah satu alternatif meningkatkan
kompetensi guru dalam pengembangan
proses belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Boediono, 1998. Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi
Pembinaan Personalia, Jakarta ;
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mathis dan
Jackson . 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Salemba Empat.
Prokton and W.M. Thornton 1983. Latihan
Kerja Buku Pegangan Bagi Para Manager. Jakarta
: Bina Aksara.
Simamora,
Henry. 1995. Managemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta : STIE YPKN.
Sudibyo,
Bambang. ........... Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional.
Sungkowo
M, ........... Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah
Menengah Atas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN
1
DAFTAR
ABSENSI KEHADIRAN GURU SELAMA PTS
No
|
NAMA GURU
|
TTD
|
KET
|
1
|
|
1
|
|
2
|
|
2
|
|
LAMPIRAN 2
DATA
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
DI
SDN _________ KEC. ________ KAB.
_______
2 komentar
komentarTks, semoga berkah.
ReplyThanks, smga berkah. Aamiin
Reply